top of page
Search
Writer's pictureAyyash M

Istilah "Islam Konservatif"



Sebelum diskusi lebih jauh, perlu kita tentukan apa yang dimaksud dengan istilah Islam Konservatif ini. Karena istilah ini bukan istilah yang sudah eksis sejak lama. Tapi dimunculkan satu atau dua dasawarsa terakhir. Jika kita paham akar sejarah munculnya istilah tersebut, maka akan lebih sederhana penjabarannya. Jika melihat definisi yang disuarakan di media, maka jelas bahwa istilah ini muncul bukan dari timur-tengah, tapi justru dari negara yang non-muslim. Diantara yang paling pertama adalah dari Amerika Serikat, jika kita melihat definisi dari urban dictionary sebagai berikut:

"A recent label given by the New Left to ultra-orthodox fanatical Muslims who are inclined towards waging personal Jyhad (literally "struggle", often "Holy War") against the West. It is, of course, an attempt to link something that many Americans hate (a "Johnny Jyhad") to the term "Conservative"; a term which they want all Americans to hate."

Diterjemahkan sebagai, "Satu pelabelan yang dicetuskan kalangan "Kiri" kepada muslim fanatik ultra-orthodoks yang mendukung Jihad (Perang Suci) terhadap Barat. Definisi ini jelas-jelas berupaya menghubungan label tersebut dengan sesuatu yang dibenci orang America (Johnny Jihad) sebagai label "Konservatif" yaitu label yang dibuat supaya dibenci orang Amerika."

Definisi diatas tentu sangat pas sebagai definisi "urban" ketimbang saintifik atau ilmiah, dimana persepsi masyarakat sektarian dijadikan acuan dalam menimbang batasan satu terminologi. Ada banyak definisi lain yang dicetuskan orang, yang menunjukkan tidak sepakatnya mereka dalam istilah dan batasan-batasan terkait istilah "Islam Konservatif." Tapi kita dapat satu benang merah dari definisi yang dibuat bahwa istilah tersebut dibangun oleh satu kelompok, diantara kelompok sayap kiri di Amerika, lalu disebarkan ke dunia. Istilah ini dibentuk dalam nuansa kebencian sektarian atau rasisme terhadap mereka yang dianggap tidak sejalan dengan sistem yang kelompok sayap kiri inginkan.

Lebih jauh, sebagian mereka membagi Islam jadi dua bagian, konservatif dan liberal. Dalam pandangan mereka, konservatif adalah yang memakai hijab kecuali nampak tangan dan wajah, yang mendukung jihad, yang rajin salat, dan lain-lain. Adapan muslim liberal dalam definisi mereka, adalah muslim yang tidak berhijab, bisa berbaur dalam budaya kulit putih seperti minum alkohol, pro LGBT, tidak rajin salat, dan semisalnya.

Seperti latahnya nenek-nenek, istilah ini dilatahi juga sampai ke negeri Indonesia. Diadopsi mentah-mentah dengan segala hal yang sebetulnya cuma masalah di luar negeri seperti Amerika, dimana mereka cukup bermasalah selama puluhan tahun dengan "cultural diversity" atau keragaman budaya. Mereka butuh waktu berabad-abad untuk menurunkan tingkat rasa "supremasi kulit putih", setelah baru beberapa dasawarsa ini mereka berupaya melakukan asimilasi dengan semisal warga kulit hitam dan warga kulit berwarna lainnya. Mereka juga masih bermasalah dengan warga asli seperti keturunan Indian, Meksiko, dan Amerika Latin, yang hal-hal demikian sudah bisa diatas bangsa Indonesia sejak lama dengan "Bhinneka Tunggal Ika". Oleh orang-orang Barat, istilah bangsa kita ini diterjemahkan sebagai "Unity in Diversity".


Kembali ke topik, istilah Islam konservatif ini sangat asing di negara-negara yang dominan orang Islam, seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan, terlebih Timur Tengah. Jika tetap mengacu dengan pembagian yang dijabarkan kalangan sayap kiri Amerika diatas, maka lebih pas pembagian tersebut sebagai "muslim saleh" dan "muslim abangan". Karena definisi mereka yang memasukkan konservatif dalam perkara mengerjakan salat 5 waktu, berhijab, tidak minum alkohol, semuanya adalah contoh kesalehan-kesalehan yang merupakan tuntutan. Adapun lawannya (yang mereka sebut liberal) yaitu yang tidak salat, puasa, dll merupakan contoh muslim yang tidak komitmen yang dalam istilah Indonesia disebut "Islam KTP".

Istilah "konservatif" ini lagi-lagi sulit dilepaskan dari kultur Amerika dan Eropa umumnya, dan istilah ini biasa dikaitkan dengan istilah "Ortodoks". Kultur mereka menetapkan -dengan mengacu pada prinsip Kristen yang merupakan agama dominan disana- bahwa orang-orang yang komitmen tinggi dengan agamanya merupakan kelompok ortodoks atau konservatif. Hal ini dengan perbandingan mereka atas perilaku Kristen Koptik Mesir, Kristen Ortodoks Rusia, Kristen Yunani, atau Kristen di negara-negara Amerika Latin dan Asia seperti Filipina yang cendrung lebih taat.


Maka jika pertanyaannya diperjelas dengan istilah lokal "kesalehan", maka jawabannya akan jauh lebih sederhana. Apakah pesatnya perkembangan Islam yang mengajarkan kesalehan seiring perkembangan teknologi daring dewasa ini menandakan banyak masyarakat mulai berpikiran terbuka dan melihat bahwa kesalehan adalah lebih baik bagi mereka dibanding pandangan lain? Tentu sepakat kita bahwa jawabannya adalah "YES". --- Disadur dari jawaban Quora oleh Zico Putra, Ph.D. 29/03/2021

24 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page